Kronologi Peristiwa yang Terjadi di Masa Reformasi Miei 1998
Pada hari senin 21 Mei 2018 kemarin tepat Mengenang 20 tahun kejadian reformasi di indonesia. Kejadian itu terjadi karena masyarakat mencoba untuk melengserkan kepemimpinan soeharto. Pada masa itu para mahasiswa melakukan demo di gedung DPR. Berikut kronologis peristiwa reformasi Mei 1998.
- Tanggal 22 Januari 1998, Rupiah tembus 17.00,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
- Tanggal 12 Februari 1998, Soeharto menunjuk Wiranto, menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
- Tanggal 5 Maret 1998, 20 Mahasiswa Universitas Indonesia mendatangi gedung DPR/MPR untuk menyatakan penolakan terhadap pidato pertanggunjawaban Presiden yang disampaikan pada Sidang Umum MPR dan menyerahkan agenda Reformasi Nasional. Mreka diterima oleh fraksi ABRI.
- Tanggal 10 Maret 1998, Soeharto terpilh kembali untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kalinya dengan menggandeng B.J Habibie sebagai Wakil Presiden.
- Tanggal 14 Maret 1998, Soeharto mengumunman kabinet baru yang dinamai dengan Kabinet Pembangunan VII. Bob Hasan dan anak Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana terpilih sebagai menteri.
- Tanggal 1 Mei 1998, Soeharto melalui menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi Dahlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
- Tanggal 2 Mei 1998, Pernyataan itu diralat dan kemudian dinyatakan bahwa Soeharto mengatakan reformasi bisa dilakukan sejak sekarang (1998).
- Tanggal 4 Mei 1998, Harga BBM meroket 71%, disusul 3 hari kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
- Tanggal 7 Mei 1998, Peristiwa Cimanggis, bentrokan antar mahasiswa dan aparat keamanan terjadi di kampus Fakultas Teknik Universitas Jayabaya, Cimanggis yang mengakibatka sedikitnya 52 mahasiswa dibawa ke RS Tugu Ibu, Cimanggis. Dua di antarana terkena tembakan di leher dan lengan kanan, sedangkan sisanya cedera akibat pentungan ritan dan mengalami iritasi mata akibat gas air mata.
- Tanggal 8 Mei1998, Peristiwa Gejayan. 1 Mahasiswa Trisakti terbunuh.
- Tanggal 9 Mei 1998, Soeharto berangkat seminggu ke Mesir untuk menghadiri pertemuan KTT G-15. Ini merupakan lawatan terakhirnya keluar negeri sebagai Presiden RI.
- Tanggal 12 Mei 1998, Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh.
- Tanggal 13 Mei 1998, Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi di kota Solo. Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia ki Kairp, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden. Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
- Tanggal 14 Mei 1998, Demonstrasi terus bertambah besar hampir di seluruh kota-kota di Indonesia, demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
- Tanggal 18 Mei 1998, Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko, meminta Soeharto turun dari jabatannya sebagai Presiden. Jenderal Wiranto mengatakan bahwa pernyataan Harmoko tidak mempunyai dasar hukum. Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi". Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMIMPO memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR.
- Tanggal 19 Mei 1998, Soeharto berbicara di TV, menyatakan bahwa dia akan turun dari jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya. Beberapa tokoh muslim, termasuk Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid, bertemu dengan Soeharto . Ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR, Jakarta. Dilaporkan bentrokan terjadi dalam demonstrasi di Universitas Airlangga, Surabaya.
- Tanggal 20 Mei 1998, Amien Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas, 500.000 orang berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan Hamengkubuwono X, Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di Surakarta, Medan, Bandung. Harmoko mengatakan Soeharto sebaiknya mengundurkan diri pada jumat, 22 Mei atau DPR/MPR akan terpaksa memilih Presiden baru. Sebelas menteri kabinet mengundurkan diri, termasuk Ginandjar Kartasasmita, Milyuner kayu Bob Hasan, dan Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin.
- Tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengumukan pengunduran dirinya pada hari kamis 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di Istana Merdeka. Wakil Presiden B.J Habibie menjadi Presiden baru Indonesia. Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan presiden.Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.
- Tanggal 22 Mei 1998, Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi". Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad. Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang memakai simbol-simbol dan antribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan di Gedung DPR/MPR, mahasiswa menggangap bahwa Habibie masih tetap bagian dari Rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya.
Dari kronologis kejadian diatas hampir seluruh lapisan masyarakat ikut ambil bagian dalam upaya melengserkan kepemimpinan soeharto. Disaat itu juga keadaan di indonesia sangat kacau. Meningkatnya tindak kejahatan di jalanan, aksi penjarahan, dan dan aksi kejahatan yang khusus ditujukkan kepada masyarakat etnis china. Pada masa itu juga sudah banyak memakan korban akibat kacaunya situasi di Indonesia. Mulai dari demo yang dilakukan di kota kota besar di Indonesia, aksi mahasiswa menduduki gedung DPR yang menuntut untuk Soeharto mundur dari jabatannya. Akhirnya pada 21 Mei 1998 Soeharto resmi mundur dari jabatannya dengan mengadakan konfrensi pers dan sekaligus mengangkat B.J. Habibie sebagai presiden untuk menggantikan Soeharto. Dalam konfrensi pers Soeharto mnyampaikan berita tentang mundurnya dia dari jabatannya.
“… Saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan ke-7, namun demikian kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud, karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.
Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara-cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi.
Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan Fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI”. ujar Soeharto dalam konfrensi persnya.
Kejadian ini juga sudah diangkat menjadi film yang berceritakan tentang kejadian kejadian yang terjadi pada masa itu.